Skip to main content

Upz, ternyata tukang parkir ini orang kaya

Kejadian ini terjadi kurang lebih setahun yang lalu ketika saya sama sekali tidak memiliki sepeda motor.

Lah kok bisa ndak punya motor mas? Suatu saat akan aku ceritakan selengkapnya di blog ini. Mudah-mudahan diberikan kemudahan dan kesempatan untuk menceritakannya. Hehehe.

Kembali ke laptop!

Sore itu, seperti biasa saya pulang menggunakan bus antar kota dalam provinsi. Jarak rumah yang lumayan jauh dari tempat kerja mengharuskan aku menggunakan bus sebagai sarana transportasi.

Apakah hanya bus? Tentu saja tidak. Lah wong rumahku termasuk kampung. So, sebelum menggunakan bus, terlebih dahulu saya menggunakan angkutan pedesaan sebagai shuttle nya. Wuih, keren amat bahasanya. Sok Enggris lo! Mbuehehehe.

Nah, pada kepulanganku saat itu, setelah turun dari bus saya menunggu angkutan pedesaan yang menuju ke kampung saya.

Seperti biasa, aku harus menunggu lama. Biasanya sih setengah sampai satu jam aku menunggu angkutan tersebut datang. Disaat menunggu seperti itu, tentu saja hal yang sangat mengasyikkan bagiku adalah berbincang-bincang dengan orang-orang yang sama-sama sedang menunggu angkutan yang sama. Wah, kampungan amat mas, kan lebih asyik disambi main fesbuk atau twitter mas? Hehehe.

Ah, saya lebih suka ngobrol dengan sesama penumpang dibanding browsing-browsing. Ya, asyik saja. Apalagi kalau yang diajak ngobrol adalah cewek cantik. Wuah, modus!

Ya ndak seperti itulah coy. Jujur sebagai generasi yang pernah dibesarkan di zaman Habibie dan Gus Dur, saya merindukan sesuatu yang bernama "percakapan langsung". Biasanya mereka adalah pedagang. Jarang yang berprofesi seperti saya. Ya maklumlah, mana ada pegawai kantoran seperti saya disaat seperti ini pada ndak punya sepeda motor. Iya nggak sih? Hahahaha.

Ada keasyikan tersendiri ketika berbincang dengan mereka. Nah, di sore itu saya berincang-bincang dengan tukang parkir. Tak seperti biasanya. Namun itulah yang terjadi.

Pada mulanya saya dikira pegawai LP. Mungkin karena waktu itu aku memakai baju keki. Setelah tahu pekerjaanku yang sebenarnya, kamipun dengan santai bercakap-cakap perihal keluarga pak tukang parkir ini.

Wah, ternyata pak tukang parkir ini minggu depan anaknya mau diwisuda. Hebat, batin saya. Tukang parkir seperti Beliau ternyata memiliki puteri yang cerdas (kuliah di PTN ternama) dan mau wisuda lagi. Kata Beliau sih cumlaude.

Lalu bagaimana bisa tukang parkir seperti Beliau mampu menguliahkan puterinya hingga selesai? Usul punya usul, ternyata Beliau memiliki kebun sawit di Sumatera.

Hmmm.... Pengen lagi saya ceritakan lebih detail. Namun malam ini saya harus kumpulan RT di rumah tetangga sana :)

Dan ilmu yang saya dapatkan dari penggalan kisah ini bahwasanya kita tidak bisa menilai seseorang dari "bajunya" saja. Bagaimana menurut Anda?

:)

Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit