PETRUK DADI RATU (Bag. 2)

Selamat pagi sahabat-sahabat blogger semua. Sesuai dengan janji saya pada postingan sebelumnya, kali ini saya akan melanjutkan cerita Petruk dadi Ratu bagian kedua.

Pada tulisan sebelumnya dikisahkan bahwa Petruk sudah menjadikan jimat jamus kalimasada sebagai piyandel atau agemannya. Akibatnya, kini Petruk menjadi orang yang sakti mandraguna.

Dengan kesaktiannya inilah satu demi satu kerajaan ia taklukan. Tak seorangpun mampu mengalahkannya. Berbekal jamus kalimasada, kini Petruk menjadi orang yang teramat sakti dan penuh wibawa. Ia ditakuti oleh siapapun.

Salah satu kerajaan yang berhasil Petruk kuasai ada kerajaan Sanyowibowo. Di kerjaan inilah akhirnya Petruk menobatkan dirinya menjadi raja dengan gelar Prabu Belgeduwelbeh Tongtongsot.

Kini atas kesaktian dan kekuasaan sang Raja Belgeduwelbeh Tongtongsot yang luar biasa mashurnya, beberapa kerajaan tetangga mulai takut pada kebesaran kerajaan Sanyowibowo. Mereka takut kalau-kalau suatu waktu kerajaan mereka diserang oleh kerajaan Sanyowibowo yang dipimpin oleh Raja yang sakti luar biasa tersebut.

Akhirnya kerajaan-kerajaan tetangga tersebut, diantaranya kerajaan Astina, Dwarawati, dan Amarta berencana untuk menyerang terlebih dahulu ke kerajaan Sanyowibowo.

Tanpa dinyana, para ksatria dari tiga kerajaan tersebut ternyata tidak mampu mengalahkan Raja Belgeduwelbeh alias si Petruk. Bayangkan saja, Kurawa dan Pandawa saja tidak mampu mengalahkan raja jelmaan Petruk itu. Lantas, siapa lagi yang bisa mengalahkan raja sakti tersebut? Padahal kesaktian para Pandawa dan Kurawa sudah tidak diragukan lagi di zamannya.

Akhirnya, Prabu Kresna meminta bantuan kepada ki Lurah Semar yang juga bapaknya Petruk untuk membantu kerajaan-kerajaan yang menyerang Sanyowibowo. Prabu Kresna membujuk ki lurah Semar untuk menaklukan Raja Belgeduwelbeh yang sudah mulai jumawa dengan kesaktiannya.

petruk2

Atas kesaktian ki lurah Semar dibantu oleh salah satu anaknya yang juga masih saudara Petruk, Gareng, akhirnya Raja Belgeduwelbeh Tongtongsot alias si Petruk berhasil dikalahkan. Kesaktian Raja Belgeduwulbeh seketika itu juga hilang. Bersama hilangnya kesaktian itu, wajah Raja Belgeduwelbeh kembali berubah ke wujud asal. Wujud asli dari ki lurah Petruk.

Setelah semua peristiwa itu terjadi, akhirnya “biang kerok” dari semua kejadian nongol juga. Mereka adalah Batara Guru dan Batara Narada. Kedua Dewa itulah yang merekayasa Petruk menjadi Ratu. Ya bisa disebut sebagai otak dibalik layar lah. Mbuehehe.

Lalu kenapa kedua Batara itu tega melakukan rekayasa menjadikan Petruk menjadi seorang yang sakti pilih tanding? Mereka melakukan rekayasa semua itu adalah dalam rangka menyelamatkan jimat Jamus Kalimasada. Dengan kesaktian yang diberikan kepada Petruk itulah jimat jamus Kalimasada yang waktu itu mulai dijauhi oleh kerajaan Amarta dan segenap rakyatnya berhasil diselamatkan.

Nah, dalam kajian Islam, cerita Petruk jadi raja ini menggambarkan kepada kita bahwa derajat dan kemuliaan seseorang bukan diukur dari harta dan kedudukan, melainkan dari taat dan kukuhnya mengamalkan ajaran agama dari siapapun orangnya baik hamba sahaya, penguasa,
maupun para pejabat kaya. Danraja sekalipun.

Hal ini sebagaimana digambarkan tokoh Petruk seorang panakawan rakyat jelata, ia bisa menjadi besar, orang terpandang karena memegang Jimat Kalimasada.

Lalu apa sih sebenarnya jimat Kalimasada itu?

Kalimasada berasal dari bahasa Arab = Kalimat Syahadat. Lho kok? Ya iya lah, tokoh pewayangan di Jawa kan kanjeng Sunan Kalijaga. Hehehehe. Dan konon, cerita ini dibuat oleh para wali dalam rangka menyebarkan ajaran Islam :)

Jadi, Petruk seorang panakawan rakyat jelata, ia bisa menjadi besar, orang terpandang karena memegang kalimat syahadat.

Hal ini seperti ditulis dalam Al- Quran, Surat Alhujaraat:13 yang artinya :
“Wahai manusia, sesungguhnya Aku (Allah) ciptakan engkau dari lelaki dan perempuan, dan Aku (Allah) jadikan berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, agar saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang lebih mulia di antara kamu adalah yang lebih taqwa”.
Dan sebagaimana Hadis Nabi :
“Manusia itu sama seperti gerigi sisir, tiada kemuliaan bagi orang Arab lebih daripada orang
(bangsa) lainnya kecuali taqwanya”.

Semoga kaum muslim bisa menjadikan kalimat syahadat ini sebagai ageman atau pakaian dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjadi orang yang memiliki derajat tinggi serta mampu menebarkan keselamatan dan kedamaian di alam semesta.

Namun jangan sampai kita menjadi jumawa atawa sombong seperti si Petruk. Lho kok bisa? Bukankah yang dipakai si Petruk adalah kalimat Tuhan?

Ya itu sih betul. Tapi ingat-ingat ini, jumawa atawa sombong itu biasanya muncul dari kebiasan-kebiasaan yang kita lakukan. Contohnya : Orang yang pandai melukis biasanya akan sombong karena lukisannya. Orang pintar biasanya akan sombong karena kepintarannya.

Dan yang ini harus dicamkan! Orang yang rajin shalat justeru  biasanya juga sombong karena shalatnya. Orang yang rajin berceramah biasanya akan sombong karena ceramahnya atawa ketenanarannya. Orang yang rajin ngaji bisa sombong karena ngajinya itu. Be careful!

Karena setan selalu tidak suka melihat kita melakukan kebaikan-kebaikan yang diajarkan oleh Tuhan.



Jaga hati dan pikiran. Syukur-syukur mau belajar tentang tasawuf. Wuih.... emangnya kamu belajar tasawuf boy? Ya sekadar menyarankan kan ndak apa-apa coy.... Hehehe.

Selamat berjuang mereguk manisnya takwa :)

Popular Posts